Berdasarkan pemahaman umum, cahaya didefinisikan sebagai pancaran gelombang elektromagnetik yang tampak pada penglihatan mata manusia yakni yang berada pada rentang panjang gelombang sekitar 380 nanometer hingga sekitar 740 nanometer--- bedakan dengan “sinar” yang mencakup semua rentang panjang gelombang elektromagnetik yang ada--- walaupun secara penyebutannya kadang disamakan. Kecepatan cahaya sendiri sangat besar, yakni pada ruang hampa, nilainya c = 299.792.458 meter per detik. Kecepatan cahaya sendiri mungkin merupakan kecepatan tertinggi di alam semesta.
Menurut teori relativitas khusus Einstein, kecepatan cahaya sifatnya konstan terhadap gerak pengamat atau sumber cahaya. Misalnya jika terdapat dua orang pengamat yang bergerak relatif satu sama lain, apabila salah satu di antara keduanya menyalakan cahaya atau bersifat sebagai sumber cahaya, maka nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh pengamat tersebut akan sama dengan nilai yang diukur oleh pengamat lain yang bergerak relatif terhadapnya. Contoh si A sedang menaiki mobil, pada kecepatan v tertentu dia mulai menyalakan lampu mobil. Ketika sampai pada suatu titik, dia berpapasan dengan si B yang diam di pinggir jalan. Maka nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh si B akan sama dengan nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh si A, tidak lebih besar atau lebih kecil.
Juga berdasarkan rumusan teori relativitas Einstein, tidak ada benda yang memiliki kecepatan yang sama atau lebih besar dari kecepatan cahaya. Asumsi ini yang menjadi dasar “penemuan” rumus yang sangat terkenal di dunia fisika, yakni E = mc^2 yang bisa dinyatakan sebagai kesetaraan antara massa diam benda dengan energi intrinsik yang “terkadung” di dalamnya. Kita dapat mengubah massa menjadi energi, demikian pula sebaliknya energi menjadi massa.
Sejak dirumuskannya hingga saat ini, tidak ada satupun fakta yang bisa membantah rumusan teori relativitas ini, bahwa tidak ada benda yang bergerak sama dengan atau lebih besar dari kecepatan cahaya. Ketika kita ingin mempercepat suatu benda menuju kecepatan yang sangat besar (biasanya partikel elementer yang diuji coba pada suatu akselerator partikel), ketika kecepatan benda tersebut mendekati kecepatan cahaya, massa benda tersebut ikutan membesar secara signifikan. Dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk mendorong pergerakan benda tersebut akan menjadi besar pula. Bahkan untuk kecepatan benda sama dengan kecepatan cahya (v = c), energy yang dibutuhkan menjadi tak berhingga alias sangat-sangat besar dan mustahil tercapai.
Akan tetapi baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari CERN (Conseil Européen pour la Recherche Nucléaire = European Organization for Nuclear Research) yang dinamai proyek OPERA menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Penelitian dilakukan terhadap suatu partikel mini yakni neutrino (suatu partikel yang bermuatan netral dan memiliki massa diam yang relatif sangat kecil jika dibandingkan massa partikel-partikel sub atomik). Neutrino di lewatkan pada sebuah lintasan sejauh 730 km yang menghubungkan laboratorium CERN di perbatasan Swiss-Perancis dengan Laboratoriaum INFN (Istituto Nazionale di Fisica Nucleare) di Italia. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh para ilmuan tersebut, diperoleh bahwa neutrino membutuhkan waktu sekitar 2,4 milidetik untuk menempuh lintasan tersebut atau tepatnya sekitar 61 nanodetik lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk melintas di ruang hampa pada jarak yang sama. Nilai yang kecil tapi sangat signifikan untuk kebutuhan penelitian yang dilakukan. Dan Jika penelitian ini tervalidasi (bebas dari error dan dapat direproduksi kembali), maka akan menghasilkan implikasi yang sangat besar bagi dunia fisika. Tentu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru bagi ilmuan-ilmuan fisika. Apakah mungkin Einstein “keliru”? Bukankah rumusan Einstein selama ini sudah diverifikasi oleh eksperimen-eksperimen yang ada?
from: http://gunungloli.blogspot.com/2011/10/kecepatan-neutrino-lebih-besar-dari.html
No comments:
Post a Comment