Saturday, December 17, 2011

matematika dasar - Fungsi, kekontinuan, limit, turunan, dan integral

hallo guys,
saya punya ringkasan matematika tentang kalkulus yang berisi limit, turunan, dan integral nih. kalian bisa dapatkan gratis, tanpa fee.. hehe..

just info saja, materi yang ada didalamnya berisi materi yang saya buat gan,, tepatnya "urunan" antara saya dan teman - teman sekelompok saya. jadi kalo ada salah ato sesuatu yang perlu diperbaiki, mohon komennya untuk hasil yang lebih baik
disini ada link buat downloadnya,, maaf saya belum bisa menampilkan secara langsung, karena kebetulan, komputer warnet disini g support ma .docx.. hehe..
silahkan klik link dibawah ini
download tugas matdas 3
atau di link
http://www.ziddu.com/download/17924245/tugas3-Copy.docx.html    
displaynya silahkan klik pada daftar posting terpopular(yang ada ikon palu ..hehe)

Saturday, December 10, 2011

Proses Terjadinya Black Hole

Bintang yg massanya sangat besar

matahari

Pada awal mulanya sebelum bernama Black Hole adalah sebuah bintang yg memiliki massa 5 kali atau ratusan juta kaliukuran Matahari. Sedangkan matahari sendiri merupakan bintang yg ukurannya kecil.
Fakta bintang yg berukuran besar
Bintang yang massanya lebih besar dari matahari umurnya justru lebih pendek, karena lebih cepat menghabiskan bahan bakar hidrogennya. Bintang akan runtuh oleh massanya sendiri apabila keseimbangan hidrostatiknya terganggu. Pada bintang yang sedang dalam tahapan stabil (main sequence), tekanan ke arah luar akibat pelepasan energi akan setara dengan tekanan ke arah dalam akibat gravitasi bintang. Ini disebut keseimbangan hidrostatik. Apabila bahan bakar hidrogen telah habis, maka reaksi termonuklir (yg mengubah hidrogen menjadi helium) akan terhenti.
Dengan demikian pelepasan energi akan terhenti pula. Akibatnya, tekanan ke arah luar berkurang. Akibatnya, seluruh materi bintang tersedot ke arah pusat bintang oleh gravitasi bintang itu sendiri. Ini membuat bintang menjadi tidak stabil. Inti bintang menjadi sangat padat, karena seluruh materinya mengumpul disana. Suatu saat, pusat bintang tidak sanggup lagi menahan tekanan yang terjadi. Mirip seperti balon yang terus menerus ditiup hingga pecah, bintang tsb suatu saat akan meledak menjadi supernova.hari ini www.wajibbaca.com bertemankan tentang”
Proses Terjadinya Black Hole
1. Sebuah bintang yg berukuran kecil seperti Matahari kita apabila Mati / meledak (Nova) akan berubah menjadi Bintang neutron.
nova

bintang neutron

bintang neutron merupakan bintang yg sangat padat materinya hasil ledakan bintang sebelumnya. bintang neutron berukuran sangat kecil dan hanya berdiameter 20km. namun memiliki masa yg sangat berat.
Bintang neutron hanya terdiri atas Cairan inti (Fluid core) dan Kerak yg padat (Solid Crust).
Neutron Sta

2. Bintang-bintang di alam semesta (jauh lebih besar daripada matahari) tidak akan lenyap dalam periode jutaan tahun seperti massa yang lebih kecil. Bintang-bintang itu baru lenyap bila terjadi ledakan nuklir yang sangat besar. Ledakan yang dikenal sebagai supernova terjadi bila gravitasi bintang menjadi sangat kuat sehingga menghancurkan dirinya sendiri.
supernova

3. Pada beberapa bintang yang memiliki massa yg sangat besar, gravitasinya amat besar sehingga penghancuran terus menerus terjadi, merusak segala sesuatu di dalamnya. Kepadatan benda itu terus meningkat dan memaksa gravitasi terus meningkat pula, sampai tak ada satupun yang bebas dari pengaruhnya, bahkan cahaya sekalipun. Hasilnya adalah “Blackhole” alias Lubang Hitam.
black hole



Apakah bagian inti dari Black Hole ?
bagian tengah / inti dari sebuah Black hole ada bintang yg telah mati dan hanya menyisakan gravitasi yg amat sangat besar yg akan menghisap seluruh benda planet yg ada di sekitarnya. Gravitasi sebuah matahari yg merupakan bintang yg kecil dapat menarik planet untuk mengitarinya, apalagi bintang yg memiliki massa ratusan juta kali matahari.

Sumber: http://wajibbaca.com/dunia/antariksa/3851-proses-terjadinya-black-hole.html

VIDEO: NASA Deteksi Black Hole Sedot Bintang

 

VIVAnews - Salah satu peristiwa paling langka di alam semesta telah disaksikan oleh para ilmuwan untuk pertama kalinya. Dikutip dari Daily Mail, 2 Desember 2011, sebuah lubang hitam yang maha besar (super massive black hole) diketahui telah menelan sebuah bintang. Fenomena ini sendiri lazimnya terjadi setiap seratus juta tahun sekali di sebuah galaksi.

Seperti diketahui, sebagian besar galaksi memiliki lubang hitam besar yakni ruang yang menyedot segala sesuatu di dekatnya dengan gaya gravitasi yang sangat kuat.

Untuk pertamakalinya, para ilmuwan berkesempatan menjadi saksi mata fenomena tersebut setelah Swift, teleskop milik NASA mendeteksi sejumlah semburan sinar-X dari bidang tenang di langit.

Tim peneliti dari Universitas Pennsylvania State dan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, mengatakan, semburan tersebut kemungkin besar merupakan sisa-sisa bintang yang tersedot ke dalam lubang hitam besar yang terletak di jarak 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi.

"Analisis kimia dari semburan cahaya ultraviolet menunjukkan hal tersebut datang dari materi yang tersedot ke lubang hitam berukuran satu juta kali ukuran matahari kita," kata David Burrows, astronom dari Universitas Pennsylvania State University.

Lubang hitam atau biasa disebut dengan black hole diyakini lebih kuat dibanding sebelumnya karena penambahan massa dari penyerapan bintang. Penyerapan tersebut membuat lubang hitam tumbuh lebih besar hingga menjadi super-massive black hole. Super-massive black hole dapat mencapai ukuran hingga miliaran massa matahari.

Sebagai perbandingan, planet bumi memiliki ukuran bumi 1/332.950 dari massa matahari. Video black hole tengah menghisap sebuah bintang yang ditangkap oleh satelit Swift milik NASA dapat disimak di tautan berikut.
• VIVAnews

Planet ditemukan beberapa bulan setelah peneliti lain mengumumkan temuan 50 dunia lain.

Planet-planet baru itu ditemukan beberapa bulan setelah peneliti lain mengumumkan temuan 50 dunia dengan kehidupan lain, termasuk sebuah planet berbatu yang berpotensi mengandung kehidupan. (NASA / Daily Mail)
VIVAnews - Astronom menemukan 18 planet baru. Seluruh planet tersebut merupakan planet gas raksasa berukuran sebesar Jupiter dan mengitari sebuah bintang yang lebih besar dibanding matahari kita. Temuan ini meningkatkan jumlah planet yang diketahui mengorbiti bintang raksasa hingga 50 persen.

Planet-planet baru itu juga ditemukan hanya beberapa bulan setelah kelompok peneliti lain mengumumkan temuan 50 dunia dengan kehidupan lain, termasuk sebuah planet berbatu yang berpotensi mengandung kehidupan di dalamnya.

Jumlah planet alien yang sudah diketahui ini kini jumlahnya telah mencapai lebih dari 700 buah dan angkanya terus meningkat pesat.

Dikutip dari laman Space, 5 Desember 2011, saat ditemukan, peneliti tengah mengobservasi sekitar 300 bintang menggunakan observatorium Keck di Hawaii dan perangkat-perangkat yang ada di Texas dan Arizona, Amerika Serikat.

Pada penelitian, mereka fokus ke pencarian apa yang disebu dengan bintang tipe A yang sudah ‘pensiun’ dan memiliki ukuran setidaknya 1,5 kali lipat lebih raksasa dibandingkan dengan matahari kita.
Serupa Jupiter
Bintang-bintang tersebut sudah melampaui tahapan utama dalam hidupnya dan kini tengah membesar menjadi apa yang disebut dengan subgiant star.

Para astronom kemudian meneliti bintang-bintang tersebut, mencari adanya guncangan kecil yang disebabkan oleh sentakan gravitasi dari planet yang mengorbit.

Akhirnya, proses pencarian itu mengungkapkan adanya 18 buah dunia alien yang baru, dan semuanya memiliki massa serupa dengan Jupiter. Seluruh planet itu mengorbit relatif dekat dengan matahari mereka, dalam jarak setidaknya 0,7 kali jarak Bumi ke matahari (sekitar 150 juta kilometer).

Temuan planet-planet baru ini dipublikasikan di jurnal Astrophysical Journal Supplement Series. (ren)
• VIVAnews

Scientists find fifty new planets… and one of them could have alien life

By Daily Mail Reporter
Last updated at 8:20 AM on 13th September 2011


European astronomers have discovered 50 new planets beyond our solar system, including 16 which are a similar size to Earth.
This is the largest number of such planets ever announced at one time.
The biggest planet of the new batch is HD 85512 b, which is 3.6 times the mass of Earth and can be found 36 light-years away in the Vela constellation.
Habitable: An artist's impression of the super-Earth HD 85512 b
Habitable: An artist's impression of the super-Earth HD 85512 b
The findings suggest that more than half of the stars like our sun possess planets, and that many of those worlds are lighter than Saturn.
HD 85512 b is the only one of new planets, dubbed 'super-Earths' that is located in its star system's habitable zone.

 
That's the area around a star where scientists believe water could exist, in liquid form, making a planet potentially habitable.
The new findings are being presented at a conference on Extreme Solar Systems in Wyoming, U.S., where 350 exoplanet experts are meeting.
This discovery was made by The High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS), which is installed at the European Southern Observatory's 11.8ft La Silla Observatory in Chile.
'The detection of HD 85512 b is far from the limit of HARPS, and demonstrates the possibility of discovering other super-Earths in the habitable zones around stars similar to the sun,' said University of Geneva astronomer Michel Mayor.
The European Southern Observatory, La Silla Paranal, Chile, South 
America
The European Southern Observatory, La Silla Paranal, Chile, South America
Super-Earths, which range from Earth's mass to worlds 10 times more massive, are of particular interest to planet-hunters because it's thought that they could be even more conducive to the development of life than our own planet.
One of the team members, Lisa Kaltenegger, of the Max Planck Institute for Astronomy and the Harvard Smithsonian Centre for Astrophysics, said the latest round of findings marked a new age in the search for habitable planets.
'We are actually entering an incredibly interesting time in our history,' she said.
When the search for extrasolar planets began more than 15 years ago, the telescopes used for the task could only detect giant planets like our own solar system's Jupiter. Since then, the techniques and tools used for the search have become much more sensitive.
HARPS can detect the slight gravitational wobble caused by planets as small as Earth, if they have incredibly close-in orbits.
HARPS' observations of 376 sunlike stars has led the team to conclude not only that more than half of such stars are surrounded by planets, but also that about 40 per cent of them have at least one planet less massive than Saturn.

Para Astronom Temukan 18 Planet Baru Serupa Jupiter

Subur Tjahjono | Robert Adhi Ksp | Sabtu, 3 Desember 2011 | 08:35 WIB

Ilustrasi Planet berlian dengan pulsarnya
CALIFORNIA, KOMPAS.com - Sejumlah tim peneliti menemukan 18 planet baru. Planet-planet baru itu ditemukan oleh tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Institut Teknologi California (Caltech), Amerika Serikat. Planet-planet tersebut serupa Jupiter.
"Ini pengumuman terbesar tentang planet di orbit sekitar bintang-bintang lebih besar dari matahari, selain dari penemuan yang dibuat oleh misi Kepler," kata John Johnson, asisten profesor astronomi di Caltech , seperti dikutip ScienceDaily, Jumat (2/11/2011) atau Sabtu (3/11/2011) WIB.
Temuan 18 planet itu diterbitkan dalam edisi Desember Astrophysical Journal. Misi Kepler adalah teleskop ruang yang sejauh ini telah mengidentifikasi lebih dari 1.200 planet mungkin, meskipun mayoritas dari mereka belum dikonfirmasi.
Menggunakan Observatorium Keck di Hawaii -- dengan tindak lanjut pengamatan menggunakan Observatorium McDonald dan Fairborn di Texas dan Arizona--masing - para peneliti mensurvei sekitar 300 bintang.
Mereka berfokus pada bintang tipe A "pensiun", suatu jenis bintang yang lebih dari satu setengah kali lebih besar dari matahari Untuk mencari planet-planet, para astronom mencari bintang dari jenis yang bergoyang, yang disebabkan oleh tarikan gravitasi planet yang mengorbit. Tim menemukan 18 planet dengan massa serupa dengan Jupiter.
Johnson mengatakan, penemuan ini merupakan karunia baru yang menandai peningkatan 50 persen dalam jumlah planet yang mengorbit bintang-bintang besar yang dikenal. Penemuan ini menyediakan informasi tak ternilai dari sistem planet untuk memahami bagaimana planet -- dan sistem surya kita -- bisa terbentuk.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan juga memberikan dukungan lebih lanjut untuk teori bahwa planet-planet tumbuh dari benih yang menumpuk partikel gas dan debu pada sabuk yang mengelilingi sebuah bintang baru lahir.
Dalam teori lain, planet-planet terbentuk ketika sejumlah besar gas dan debu di sabuk spontan runtuh menjadi gumpalan padat yang kemudian menjadi planet. Tapi di foto temuan ini, ternyata massa bintang tidak mempengaruhi jenis-jenis planet yang diproduksi.
Sejauh ini, karena jumlah planet yang ditemukan telah tumbuh, astronom menemukan bahwa massa bintang tampaknya tidak menjadi penting dalam menentukan prevalensi planet raksasa. Planet-planet yang baru ditemukan lebih mendukung teori pertama, yang menyatakan bahwa planet-planet lahir dari partikel benih.
fr:http://sains.kompas.com/read/2011/12/03/08354888/Para.Astronom.Temukan.18.Planet.Baru.Serupa.Jupiter

Friday, December 9, 2011

Kecepatan neutrino lebih besar dari kecepatan cahaya.

Berdasarkan  pemahaman umum, cahaya didefinisikan sebagai pancaran gelombang elektromagnetik  yang tampak  pada penglihatan  mata manusia yakni  yang berada pada rentang panjang gelombang sekitar 380 nanometer hingga sekitar 740 nanometer--- bedakan dengan “sinar” yang mencakup semua rentang panjang gelombang elektromagnetik yang ada--- walaupun secara penyebutannya kadang disamakan. Kecepatan cahaya sendiri sangat besar, yakni pada ruang hampa, nilainya c =  299.792.458 meter per detik. Kecepatan cahaya sendiri mungkin  merupakan kecepatan  tertinggi di alam semesta.

Menurut teori relativitas khusus Einstein, kecepatan cahaya sifatnya konstan terhadap  gerak  pengamat atau sumber cahaya. Misalnya  jika terdapat dua orang pengamat  yang bergerak relatif satu sama lain, apabila salah satu di antara keduanya menyalakan cahaya atau bersifat sebagai sumber cahaya, maka nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh pengamat tersebut akan sama dengan nilai yang diukur oleh pengamat lain  yang bergerak relatif terhadapnya. Contoh si A sedang menaiki  mobil, pada kecepatan v tertentu dia mulai  menyalakan lampu mobil. Ketika sampai pada suatu titik, dia berpapasan dengan si B yang diam di pinggir jalan. Maka nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh si B akan sama dengan nilai kecepatan cahaya yang diukur oleh si A, tidak lebih besar atau lebih kecil.

Juga berdasarkan rumusan teori relativitas Einstein, tidak ada benda yang memiliki kecepatan yang sama atau lebih besar dari kecepatan cahaya. Asumsi ini yang menjadi dasar “penemuan” rumus yang sangat terkenal di dunia fisika, yakni E = mc^2 yang bisa dinyatakan sebagai kesetaraan antara massa diam benda dengan energi intrinsik  yang “terkadung” di dalamnya. Kita dapat mengubah massa menjadi energi, demikian pula sebaliknya energi menjadi massa.

Sejak dirumuskannya hingga  saat ini, tidak ada satupun fakta yang bisa membantah rumusan teori relativitas ini, bahwa tidak ada benda yang bergerak sama dengan atau lebih besar dari kecepatan cahaya. Ketika kita ingin mempercepat suatu  benda  menuju kecepatan yang sangat besar (biasanya partikel elementer yang diuji coba pada suatu akselerator partikel), ketika kecepatan benda tersebut mendekati kecepatan cahaya, massa  benda tersebut ikutan membesar secara signifikan. Dengan  demikian energi  yang dibutuhkan untuk mendorong pergerakan benda tersebut akan menjadi besar pula. Bahkan untuk kecepatan benda sama dengan kecepatan cahya (v = c), energy yang dibutuhkan menjadi tak berhingga alias sangat-sangat besar dan mustahil tercapai.  

Akan tetapi baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari CERN (Conseil EuropĂ©en pour la Recherche NuclĂ©aire = European Organization for Nuclear Research) yang dinamai proyek OPERA menghasilkan kesimpulan  yang berbeda. Penelitian dilakukan terhadap suatu partikel mini yakni neutrino (suatu partikel yang bermuatan netral dan memiliki massa diam yang relatif  sangat kecil jika dibandingkan massa partikel-partikel sub atomik).  Neutrino di lewatkan pada sebuah lintasan  sejauh 730 km yang menghubungkan  laboratorium CERN di perbatasan Swiss-Perancis dengan Laboratoriaum INFN (Istituto Nazionale di Fisica Nucleare) di Italia. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh para ilmuan tersebut, diperoleh bahwa neutrino membutuhkan waktu sekitar 2,4 milidetik untuk menempuh lintasan tersebut atau tepatnya   sekitar 61 nanodetik lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk melintas di ruang hampa pada jarak yang sama. Nilai yang kecil tapi sangat signifikan untuk kebutuhan penelitian  yang dilakukan. Dan Jika penelitian ini tervalidasi (bebas dari error dan dapat direproduksi kembali), maka akan menghasilkan implikasi yang sangat besar bagi dunia fisika. Tentu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru bagi ilmuan-ilmuan fisika. Apakah mungkin Einstein “keliru”? Bukankah rumusan Einstein selama ini sudah diverifikasi oleh eksperimen-eksperimen yang ada?


Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan di CERN ini boleh dibilang sudah dipersiapkan dengan sangat maksimal. Mereka menggunakan GPS dan jam atom untuk keperluan sinkronisasi kedua tempat tersebut. Bahkan jarak antara sumber neutrino dan detektornya dihitung hingga ketelitian 20 cm (bandingkan dengan 730 km). Neutrino  yang digunakan adalah neutrino yang diperoleh dengan menembakkan proton pada pelat grafit. Dan hasil pengukurannya sendiri, di mana neutrino tiba di tujuan 60,7 nanodetik lebih cepat dari cahaya di ruang hampa, memiliki ketidakpastian pengukuran ± 7,4 nanodetik. Artinya untuk keperluan pengukuran, ini semua sudah sangat memadai.
from: http://gunungloli.blogspot.com/2011/10/kecepatan-neutrino-lebih-besar-dari.html